Bahan Aktif Fungisida Yang Tidak Boleh Dicampur. 081252271859 WA/SMS Pertanian Indonesia jual fungisida terbaik dengan harga murah.
Pertanian Indonesia toko tani berkualitas terbaik yang jual berbagai sarana prasarana pertanian lengkap dengan harga murah.
Petani harus memiliki pengetahuan tentang bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur.
Jika petani tetap mencampur bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur, maka hal tersebut bisa menyebabkan efek negatif.
Pertanian Indonesia akan memberikan uraian tentang bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur agar petani semua bisa ada kejelasan.
Bahan aktif dalam fungisida merupakan komponen utama yang bertanggung jawab atas efektivitas dalam mengendalikan penyakit tanaman.
Biasanya, bahan aktif ini adalah senyawa kimia yang memiliki sifat fungisidal, yang artinya dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan jamur penyebab penyakit tanaman.
Sebagai contoh, beberapa bahan aktif yang umum digunakan dalam fungisida adalah triadimenol, mancozeb, hingga tebuconazole.
Triadimenol efektif dalam mengendalikan penyakit seperti busuk akar dan busuk pangkal batang, sementara mancozeb biasanya digunakan untuk mencegah perkembangan penyakit jamur pada berbagai jenis tanaman.
Tebuconazole, di sisi lain, dikenal efektif dalam mengendalikan penyakit seperti bercak daun dan hawar daun.
Pemahaman yang baik tentang bahan aktif ini penting bagi petani untuk memilih fungisida yang sesuai dengan jenis penyakit tanaman yang mereka hadapi.
Selain itu, pengetahuan tentang bahan aktif juga membantu petani untuk menghindari kesalahan dalam mencampur fungisida yang dapat mengurangi efektivitasnya atau bahkan membahayakan tanaman dan lingkungan.
Dalam dunia pertanian, penggunaan fungisida merupakan langkah penting dalam menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman.
Namun, seringkali petani tergoda untuk mencampur bahan aktif fungisida tanpa memperhitungkan konsekuensinya.
Pencampuran yang tidak tepat dapat mengakibatkan dampak negatif bagi tanaman, lingkungan, hingga kesehatan manusia.
Oleh karena itu, pemahaman yang baik tentang bahaya campur bahan aktif fungisida sangatlah penting.
Dalam artikel ini, kita akan membahas secara mendalam mengenai permasalahan ini, serta memberikan solusi terbaik untuk penggunaan fungisida yang aman dan efektif.
Dengan demikian, petani dapat mengambil langkah yang tepat dalam menjaga hasil panen mereka dan memastikan keberlanjutan usaha pertanian.
Lalu, apa ada cara untuk mengatasi hal tersebut ?? Bagaimana petani bisa mengetahui bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur dengan tepat??
Baca terus ulasan dari tim agronomis toko Pertanian Indonesia kali ini hingga tuntas. Rev. 160424.
Fungisida Dan Contoh Penyakit Yang Bisa Diatasi Menggunakan Fungisida
Salah satu cara untuk mengatasi permasalahan diatas adalah dengan menggunakan fungisida.
Mulai dari tanaman : cabe, tomat, kentang hingga padi.
Fungisida atau obat jamur adalah pestisida yang tujuan penggunaannya bertujuan untuk mengendalikan, menghambat, ataupun membunuh cendawan / jamur penyebab penyakit tanaman.
Serangan patogen cendawan tentu sangat mengganggu bagi petani, karena itu petani bisa menggunakan fungisida sebagai salah satu cara ampuh mengatasi cendawan.
Namun, dengan catatan diberikan sesuai dosis anjuran penggunaan.
Dengan adanya fungisida sesuai penjelasan sebelumnya, tentu petani semakin mudah dalam mengatasi penyakit tanaman akibat serangan jamur / cendawan.
Contoh penyakit yang bisa diatasi menggunakan fungisida ada bermacam – macam, beberapa contohnya yaitu :
• Hawar Daun Kentang
Penyakit hawar daun kentang disebabkan oleh serangan patogen jamur Phytophthora infestans. Cendawan Phytophthora infestans mampu bertahan hidup pada sisa – sisa tumbuhan dan juga umbi – umbian.
Patogen Phytophthora infestans menginfeksi kentang melalui robekan serta luka di kulit.
Sporanya mampu berkecambah pada suhu tinggi dan bisa menyebar melalui medium seperti air dan angin.
Perkembangan penyakit hawar daun kentang akan semakin parah jika didukung beberapa faktor, seperti tingkat kelembaban > 90 % dan musim hujan.
Gejala awal kentang terserang penyakit hawar daun kentang yaitu terbentuk bercak coklat tua dari ujung / tepi daun.
Pada kondisi yang lembab, bercak – bercak tersebut berkembang menjadi lesi basah dan juga pada sisi bawah daun bisa terlihat semacam lapisan jamur berwarna putih.
Saat penyakit hawar daun kentang mulai berkembang, daun menjadi nekrotik, berubah warna menjadi coklat, lalu pada akhirnya mati.
Sementara itu, umbi kentang memiliki warna bintik – bintik berwarna biru keabu – abuan pada kulitnya dan juga pada dagingnya berubah warna menjadi coklat.
• Busuk Daun Tomat
Penyakit busuk daun tomat disebabkan oleh serangan cendawan Phytophthora infestans.
Patogen Phytophthora infestans biasanya memasuki tanaman tomat melalui sobekan dan luka pada kulit.
Pertengahan musim kemarau merupakan waktu beresiko paling tinggi tomat bisa terserang cendawan ini.
Tingkat kelembaban serta suhu sekitar lingkungan tanam turut berpengaruh terhadap perkembangan penyakit busuk tomat.
Cendawan Phytophtora mampu tumbuh secara baik pada daerah dengan tingkat kelembaban cukup tinggi (± 90 %) dan bersuhu 18 – 26° C.
Gejala tomat terserang penyakit busuk tomat yaitu pada tepi daun dan bagian atas daun terdapat bintik – bintik hijau kecoklatan, lalu selanjutnya area besar pada daun berubah menjadi berwarna coklat.
Pada cuaca basah, luka yang terdapat pada bagian bawah daun biasanya ditutupi semacam lapisan jamur berwarna abu – abu, sehingga bisa terlihat perbedaannya antara jaringan daun mati dengan jaringan daun sehat.
Ketika busuk tomat mulai berkembang, daun tomat menjadi keriting, kering, serta berwarna coklat.
Pada beberapa kasus, bintik – bintik coklat mencolok dan lapisan berwarna putih juga muncul pada cabang, batang, serta tangkai daun.
Sementara, pada bagian buah mulai berwarna coklat kotor hingga hijau keabu – abuan dan muncul juga keriput. Daging buah pun ikut mengalami pengerasan.
• Hawar Pelepah Padi
Penyakit hawar pelepah padi disebabkan oleh serangan cendawan Rhizoctonia solani.
Patogen Rhizoctonia solani bisa bertahan hidup selama beberapa tahun sebagai sklerosium aktif.
Setelah melakukan kontak dengan padi, cendawan ini bisa langsung memasuki bagian pelepah daun dan menginfeksi padi secara cepat.
Kondisi optimal lahan tanam untuk perkembangan cendawan Rhizoctonia solani yaitu suhu tinggi (28 – 32° C), tingkat kelembaban relatif tinggi ± 85 – 100 %, dll.
Tingkat resiko infeksi dan penyebaran hawar pelepah padi akan semakin tinggi di musim hujan.
Kanopi yang tertutup akan semakin mendukung kondisi kelembaban menjadi semakin lembab dan berkontak dengan cendawan.
Gejala awal tanaman padi terserang penyakit hawar pelepah adalah terdapat lesi pada batang di dekat garis air.
Lesi tersebut memiliki bentuk oval dengan panjang ± 1 – 3 cm berwarna abu – abu dan basah.
Pertumbuhan lesi tidak teratur, dan mengalami perubahan warna menjadi putih sampai abu – abu dengan bagian tepi berwarna coklat.
Saat hawar pelepah padi berkembang, biasanya pada bagian atas tanaman lebih mudah terinfeksi.
• Bercak Ungu
Penyakit bercak ungu disebabkan oleh serangan cendawan Alternaria porri.
Patogen ini mampu bertahan hidup pada sisa – sisa tanaman maupun di dalam tanah.
Alternaria porri bisa menyebar melalu beberapa medium, seperti percikan air hujan, air irigasi, serta angin menuju lahan maupun tanaman di sekitarnya.
Bercak ungu mampu berkembang dalam kondisi lahan tanam dengan tingkat kelembaban ± 80 – 90 persen serta suhu ± 21 – 30° C.
Gejala awal tanaman bawang merah terserang penyakit bercak ungu yaitu terdapat bintik – bintik kecil tak beraturan.
Setelah itu, lesi akan berkembang menjadi bercak bercak berbentuk elips berwarna ungu atau coklat.
Seiring berjalannya waktu, lesi – lesi tersebut bisa menyebar sampai beberapa cm dan batasnya berwarna kekuningan.
Lesi bisa bergabung menjadi satu serta bisa mengelilingi daun atau tangkai bunga, menyebabkan kelayuan dan tanaman akhirnya akan mati.
Selain itu, bagian umbi juga bisa terserang apalagi saat masa panen.
Selama masa penyimpanan, gejalanya muncul seperti busuk semacam spons berwarna kemerahan hingga kuning gelap di bagian dalam umbi ataupun kulit luar umbi.
Baca Juga : Gandasil B Untuk Padi Memudahkan Petani Budidaya
Mengapa Tidak Boleh Mencampur Bahan Aktif Fungisida?
Pencampuran bahan aktif fungisida tanpa memperhatikan interaksi kimia dapat mengakibatkan dampak serius bagi tanaman, lingkungan, hingga kesehatan manusia.
Berikut adalah penjelasan mengapa tidak boleh mencampur bahan aktif fungisida secara sembarangan:
A. Penjelasan mengenai interaksi kimia antara bahan aktif fungisida
Ketika dua atau lebih bahan aktif fungisida dicampur bersama-sama, terjadi interaksi kimia kompleks yang dapat mengubah sifat-sifat kimia dari masing-masing bahan aktif tersebut.
Interaksi ini dapat menyebabkan penurunan efektivitas fungisida, peningkatan toksisitas, atau bahkan pembentukan senyawa baru yang berbahaya bagi tanaman juga lingkungan.
Maka selalu mengetahui bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur adalah hal mendasar bagi semua petani untuk hasil yang terbaik.
B. Dampak buruk dari pencampuran yang tidak tepat
Pencampuran yang tidak tepat dapat mengakibatkan berbagai dampak buruk, antara lain:
1. Pengurangan efektivitas fungisida: Interaksi antara bahan aktif dapat mengurangi kemampuan fungisida dalam mengendalikan penyakit tanaman.
2. Risiko toksisitas: Senyawa baru yang terbentuk akibat pencampuran yang tidak tepat dapat memiliki toksisitas yang lebih tinggi, mengancam kesehatan manusia sampai dengan lingkungan.
3. Residu yang tinggi: Pencampuran yang tidak tepat dapat meningkatkan kadar residu fungisida pada tanaman dan produk pertanian, mengakibatkan risiko kontaminasi hingga kesehatan konsumen.
Kini kita semua sudah mengetahui efek bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur jika kita paksakan. Apakah anda akan terus jalankan perilaku ini ??
Dengan memahami konsekuensi dari pencampuran bahan aktif fungisida yang tidak tepat, petani dapat menghindari risiko yang tidak diinginkan dan menjaga hasil panen mereka tetap aman dan berkualitas.
Penting untuk selalu mengikuti petunjuk penggunaan fungisida yang tertera pada label produk dan berkonsultasi dengan ahli pertanian terpercaya sebelum menggunakan fungisida.
Dengan demikian, keberhasilan dalam mengendalikan penyakit tanaman dapat dicapai tanpa membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Baca Juga : Cabrio Top VS Antracol, Analisis Lengkap Antara 2 Fungisida Unggul
Bahan Aktif Fungisida Yang Tidak Boleh Dicampur Dan Contoh - Contohnya
Di pasaran Indonesia, sudah banyak beredar produk – produk fungisida dengan bahan aktif berbeda – beda.
Berbedanya bahan aktif dalam fungisida tergantung pada jenis penyakit tanaman, sehingga petani bisa memilih pestisida dengan bahan aktif yang berbeda untuk mengatasi suatu penyakit tanaman akibat cendawan.
Namun, seringkali petani melakukan suatu kebiasaan. Salah satu kebiasaan yang banyak dilakukan oleh petani adalah mencampurkan pestisida dengan pestisida, salah satunya yaitu fungisida dicampur fungisida (dengan bahan aktif berbeda – beda).
Tetapi, ada beberapa contoh bahan akif fungisida yang tidak boleh dicampur karena beberapa alasan. Contohnya diantaranya yaitu :
• Berdasarkan golongan
Berdasarkan golongan, ada beberapa bahan aktif yang tidak boleh dicampur. Contoh – contohnya yaitu :
1. Fungisida dengan bahan aktif bitertanol, tebukonazol, difenokonazol, fenbukonazol, heksakonazol, azakonazol, bromukonazol, triadimefon, propikonazol tidak boleh dicampur karena golongannya sama, yaitu dari golongan Triazol
2. Fungisida dengan bahan aktif fuberidazol, karbendazim, tibendazol, serta benomil tidak boleh dicampur karena golongannya sama, yaitu dari golongan Benzimidazol
3. Fungisida dengan bahan aktif flufenoksistrobin, koumoksistrobin, piraoksistrobin, enoksastrobin, azoksistrobin, dan pikoksistrobin tidak boleh dicampur karena golongannya sama, yaitu dari golongan Metoksi-akrilat
4. Fungisida dengan bahan aktif benalaksil, metalaksil, furalaksil, serta mefenoksam tidak boleh dicampur karena golongannya sama, yaitu dari golongan Asillalani
5. Fungisida dengan bahan aktif Iodokarb, protiokarb, serta propamokarb tidak boleh dicampur karena golongannya sama, yaitu dari golongan Karbamat
6. Fungisida dengan bahan aktif metiram, mankozeb, maneb, propineb, ziram, zineb, ferbam, serta tiram tidak boleh dicampur karena golongannya sama, yaitu dari golongan Ditio-Karbamat
• Berdasarkan cara kerja
Berdasarkan cara kerjanya, ada beberapa contoh bahan aktif yang tidak boleh dicampur. Contoh – contohnya yaitu :
1. Secara sistemik : Tandem 325 SC, Amistartop 325 SC, Benlox 50 WP, Fujiwan 400 EC, Dimetomorph 96, 5 TC, Estrago 250 SC, Cozene 70/10 WP, Previcur – N 722 SL , Tesla 495 EC, Starmyl 25 WP, Score 250 EC, Ridomil Gold MZ 4/64 WG, dll
2. Secara kontak : Daconil 75 WP, Acclaim 90 WP, Polycom 70 WG, Bion M 1/48 WP, Antracol 75 WP, Tiflo 80 WP, Stamulus 80 WP, Kocide 54 WG, Ziflo 90 WP, dll
• Berdasarkan bahan aktif
Berdasarkan bahan aktif, ada beberapa contoh. Diantaranya seperti :
1. Merek Antracol 75 WP, Trivia 73 WP, Logic 70 WP, Zinckol 70/6 WP, Zenith 75 WP, serta Propinex 70 WP untuk pengendalian penyakit hawar daun pada tanaman kentang memiliki bahan aktif yang sama yaitu Propineb, sehingga tidak boleh dicampur satu sama lain
2. Merek Explore 250 EC, Corona 325 SC, Score 250 EC, Armure 300 EC, Tandem 325 SC, serta Zole 250 EC untuk pengendalian penyakit hawar pelepah pada tanaman padi memiliki bahan aktif yang sama yaitu Difenoconazole, sehingga tidak boleh dicampur satu sama lain
3. Merek Zirol 80 WP, Thionic 76 WG, Alterna 90 WP, Acclaim 90 WP, serta Ziflo 90 WP untuk pengendalian penyakit bercak ungu pada tanaman bawang merah memiliki bahan aktif yang sama yaitu Ziram, sehingga tidak boleh dicampur satu sama lain
4. Merek Victory Mix 8/64 WP, Tridium 70 WG, Vondozeb 80 WP, Curzate 8/64 WP, Bazoka 80 WP, Cadilac 80 WP, Tridex 80 WP, serta Cycozeb 8/64 WP untuk pengendalian penyakit hawar daun pada tanaman tomat memiliki bahan aktif yang sama yaitu Mankozeb, sehingga tidak boleh dicampur satu sama lain
Baca Juga : Atonik Dicampur Gandasil Terbukti Ampuh Untuk Tumbuhan
Contoh Efek Negatif Saat Mencampur Bahan Aktif Fungisida Yang Tidak Boleh Dicampur
Jika Anda tetap bersikeras mencampur bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur, akan ada efek negatif yang bisa terjadi.
Contoh efek negatif pencampuran bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur yaitu :
• Membahayakan tanaman budidaya
Mencampur 2 atau lebih bahan aktif fungisida harus diperhatikan dosisnya karena bisa berbahaya jika dilakukan secara sembarangan.
Ketidaktahuan saat mencampur 2 jenis bahan aktif bisa menimbulkan efek negatif, seperti timbulnya zat beracun hasil dari pencampuran yang justru akan membuat tumbuhan mati.
• Lebih Boros
Mencampurkan 2 atau lebih bahan aktif fungisida yang sama terkesan sebuah pemborosan.
Hal tersebut tak ada gunanya sama sekali karena tidak meningkatkan spectrum serta efisiensi karena penyakit tanaman yang dikendalikan tetap sama saja.
• Penyakit tanaman menjadi lebih resisten terhadap fungisida
Jika mencampurkan 2 atau lebih jenis fungisida dengan bahan aktif sama, hal tersebut justru akan menimbulkan kekebalan cendawan / jamur penyebab penyakit tanaman terhadap bahan aktif tersebut.
Timbulnya kekebalan tersebut diakibatkan oleh reaksi kimia efek dari proses pencampuran, dan juga akibat meningkatnya dosis pemberian secara berlebih sehingga membuat jamur penyebab penyakit tanaman menjadi lebih terbiasa.
Baca Juga : Prince Epa F1 Benih Terung Berkualitas Terbaik Untuk Budidaya
Hal – Hal Penting Tentang Bahan Aktif Fungisida Yang Tidak Boleh Dicampur
Ada beberapa catatan penting tentang bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur yang ingin Pertanian Indonesia sampaikan.
Beberapa contoh hal – hal penting tentang bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur yaitu :
• Perhatikan bahan aktif fungisida terlebih dahulu sebelum mulai mencampurnya.
• Perhatikan juga kesesuaian bahan aktif yang terdapat pada fungisida mana yang boleh dan tidak boleh dicampur agar tidak menimbulkan efek negative ketika dicampur.
• Jauhkan dari jangkauan anak – anak supaya terhindar dari resiko terjadinya hal – hal negatif.
• Pertanian Indonesia toko tani terpercaya jual produk fungisida ampuh untuk petani.
Baca Juga : Penyemprotan Padi Bunting Untuk Petani Di Indonesia
Solusi Terbaik Untuk Penggunaan Fungisida
Dalam menghadapi masalah bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur, ada beberapa solusi yang dapat diambil untuk memastikan penggunaan fungisida yang aman dan efektif.
Berikut adalah beberapa langkah yang dapat diikuti:
A. Konsultasi dengan ahli pertanian sebelum penggunaan
Sebelum menggunakan fungisida, penting untuk berkonsultasi dengan ahli pertanian yang berpengalaman.
Mereka dapat memberikan saran tentang jenis fungisida yang tepat untuk tanaman dan kondisi lingkungan tertentu.
Jika mau menggunakan bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur, maka ikuti semua yang sudah kami tulis pada artikel ini.
Dengan memahami kebutuhan tanaman dan faktor lingkungan, petani dapat memilih fungisida yang paling sesuai dan menghindari pencampuran yang tidak tepat.
B. Memahami label produk secara menyeluruh
Setiap fungisida memiliki label produk yang menyediakan informasi penting tentang cara penggunaan, dosis yang dianjurkan, dan peringatan keamanan.
Penting untuk membaca dan memahami label produk secara menyeluruh sebelum penggunaan.
Hal ini bertujuan agar kita mengetahui bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur serta kita bisa mengikuti dengan tepat sesuai aturan.
Dengan mematuhi petunjuk yang tertera pada label produk, petani dapat mengoptimalkan efektivitas fungisida dan mengurangi risiko pencampuran yang tidak tepat.
C. Menjaga kebersihan alat dan peralatan aplikasi fungisida
Sebelum dan setelah penggunaan fungisida, pastikan untuk membersihkan alat dan peralatan aplikasi dengan baik.
Peralatan yang kotor atau terkontaminasi dapat menyebabkan pencampuran yang tidak diinginkan antara bahan aktif fungisida.
Dengan menjaga kebersihan alat dan peralatan, petani dapat memastikan penggunaan fungisida yang lebih aman dan efektif.
Selalu pahami bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur agar kita terhindar dari bahaya penggunaan pestisida ini.
Dengan menerapkan solusi-solusi ini, petani dapat mengurangi risiko campur bahan aktif fungisida yang tidak tepat dan memastikan keberhasilan dalam menjaga kesehatan dan produktivitas tanaman mereka.
Demikian artikel tentang bahan aktif fungisida yang tidak boleh dicampur ini saya tulis serta sampaikan kepada Anda.
Semoga artikel ini bisa menambah wawasan serta pengetahuan tambahan untuk Anda semua.
Apabila masih ada hal – hal kurang jelas tentang artikel berjudul Bahan Aktif Fungisida Yang Tidak Boleh Dicampur ini, segera hubungi Pertanian Indonesia melalui nomor telepon 081252271859 (Khusus Layanan WA/SMS).
Sampai jumpa kembali dengan Pertanian Indonesia pada artikel kami lainnya.